Nun, Perahu Kehidupan yang Sedang Berlayar Menuju Muara-Nya: Ikang Fawzi dan Marissa Haque

(1) Mempertahankan Pernikahan; (2) menjaga perkawinan; dan(3) Merawat Cinta-kasih, sejak menikah siri di Desa Gekbrong, Sukabumi pada 3 Juli 1986 & di Catat Negara pada 12 April 1987.

Jakarta 12 April 1987, Pernikahan Resmi Ikang Fawzi & Marissa Haque

Jakarta 12 April 1987, Pernikahan Resmi Ikang Fawzi & Marissa Haque
Tercatat Resmi di KUA Jakarta Selatan, Ijab & Kabul di Jl. Lapangan Roos Raya 36, Tebet Utara, Jaksel (Rumah Orang Tua Marissa)

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque
Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque

Total Tayangan Halaman

Nun, Perahu Kehidupan yang Sedang Berlayar Menuju Muara-Nya: Ikang Fawzi dan Marissa Haque

Premis Cinta Kami Menjadi Kekasih Allah Azza wa Jalla (Ikang Fawzi & Marissa Haque, dari dulu hingga kini)

Lagu: "Panggilan Jiwa" (Ikang Fawzi dan Candra Darusman/Anak-anak Deplu RI)


The First and the Last, Marissa Haque Menyanyi Rekaman bersama Fariz RM



Minggu, 11 September 2011

Cinta PAN bersama Ikang Fawzi di Yogyakarta: Marissa Haque Fawzi

Tegaskan Ora Golek Balen
Sunday, 11 September 2011 09:12
Tegaskan Ora Golek Balen
Fitri Bertekad Jadi Talang Garing


Sumber: http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/21917-tegaskan-ora-golek-balen.html

JOGJA - Pasangan calon (paslon) nomor urut 2 Ahmad Hanafi Rais dan Tri Harjun Ismaji kemarin (10/9) mendapatkan giliran melakukan kampanye terbuka. Paslon yang membuat akronim Fitri itu kembali menegaskan tak akan mengambil gajinya selama menjadi wali kota dan wakil wali kota.

Kampanye terbuka Fitri ini menghadirkan sejumlah tokoh. Bahkan, mereka juga mendatang artis Marissa Haque dan Ikang Fawzi. Pasangan mantan artis nasional tersebut menghibur pendukung Fitri di Purawisata, Lapangan Sidokabul, dan Lapangan Karang Kotagede.

Aksi kampanye di Lapangan Karang diawali orasi anggota DPRD DIJ Arif Noor Hartanto. Dia mengajak seluruh warga yang hadir tak sekadar menyoblos kartu suara. Tapi, mereka juga harus mempertimbangkan kondisi Kota Jogja lima tahun ke depan.

"Pilih calon wali kota yang benar-benar memiliki komitmen bebas korupsi dan menyejahterakan rakyatnya,"
ujar politisi yang akrab disapa Inung itu, saat berorasi.

Orator selanjutnya adalah Koordinator Gerakan Rakyat Jogja (GRJ) Gazali. Salah seorang penggerak gerakan pro penetapan ini meminta seluruh masyarakat untuk berjuang bersama-sama mempertahankan keistimewaan Jogjakarta. "Mas Hanafi sudah sejak lama turun mendukung keistimewaan. Jadi, kenapa kita harus bingung dengan status keistimewaan Jogjakarta. Pilih Fitri untuk pro penetapan," kata Gazali.

Tak berbeda dengan Gazali, mantan Wakil Wali Kota Jogja Syukri Fadholi juga memastikan kepemimpinan Fitri akan menjadikan Kota Jogja lebih baik. "Kenapa saya mundur untuk mendampingi Mas Hanafi? Karena yang menggantikan saya ternyata jauh lebih baik dan tepat," jelas Ketua DPW PPP DIJ. Pernyataan ini ditujukan kepada Tri Harjun, pendamping Hanafi.

Syukri menyampaikan tiga ajakan kepada masyarakat. Sak kasur, ajak istri atau suami. "Nek ra duwe bojo, ajak bojone tanggane nyoblos nomor 2. Sak dapur, ajak teman-teman semeja makan nyoblos Fitri. Dan, sak sumur, ajak teman-teman yang satu sumur atau tetangga," terangnya.

Usai ketiga tokoh lokal tersebut, giliran pasangan artis Ikang Fawzi dan Marissa Haque. Mereka mengajak masyarakat memilih Fitri dengan menyanyikan sebuah lagu gubahan Ahmad Dhani. "Tuhan kirimkanlah aku, pemimpin yang paling santun, Hanafi dan Pak Tri”. Masa yang berkumpul di lapangan turut menyanyikannya.

Hanafi kembali meneguhkan tekadnya. Saat berorasi, menegaskan janji Fitri untuk tidak mengambil gaji sebagai wali kota dan wakil wali kota. Fitri akan mengembalikan seluruh penghasilan sebagai wali kota dan wakil wali kota kepada masyarakat.

"Kami juga bertekad menjadi talang garing. Artinya, kami akan mengembalikan seluruh proyek kepada masyarakat, tanpa mengambil sepeser pun. Karena, proyek itu tujuannya memang untuk kesejahteraan masyarakat," imbuhnya.

Kampanye terbuka kemarin menjadi hari spesial bagi Hanafi. Dia merayakan ulang tahun yang ke-33.
Dia pun menerima banyak ucapan dari pendukungnya. (eri)

"Ikang Fawzi & Marissa Haque: Selamat Hari Ulang Tahun Mas Hanafi Rais, Semoga Menang di Hati Rakyat Yogyakarta"

Jumat, 10 Juni 2011

Pelabuhan Jiwa adalah Menulis: Marissa Haque Fawzi

Baru kusadari beberapa hari terakhir ini ketika seorang teman yang dekat di hatiku dari FH UGM bertanya: "Mbak Icha sayang...keliahtannya para alum ni dari Unika Atmajaya Jakarta itu punya ciri yang sama deh yaitu suka menulis!" Hhmmm...iya juga ya?


Namun saya menyukai dunia tulis-menulis jauh sebelum menapaki kaki mengambil S2 ku yang pertama di kampus ini. Tapi....memang, setelah gabung dalam pembelajaran di kampus ini kemampuan dan kesenanganku menulis menjadi semakin terasah. Khususnya karena Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di sini terkenal salah satu yang terbaik di Indonesia, sayapun mengambil S2 dari jurusan LTBI singkatan dari Linguistik Terapan Bahasa Inggris.


Ta hanya diriku Dari LTBI, ternyata adik kelasku dari FE (Fakultas Ekonomi) bernama Angelina Sondakh jua sangat produksitf sekarang dalam dunia penulisa buku. Memang banyak yang memcingkan mata ketika tulisannya melulu soal keluarga dan dirinya. Tapi saya pikir mereka yang sinis itu hanya iri kepada Angie yang cerdas serta produktif! Iri pertanda tak mampu...hehe...karena kalau mereka iri sebenarnya jawabannya hanya satu yaitu "menulis juga dong!" Beradu karya melalui budaya menulis pasti akan positif. Daya nalar serta kreasi sportif pasti akan mengemuka, dan dampaknya akan menepis hal negatif lainnya.

Sehingga tanpa ragu-ragu saya berani mengajak anda semua untuk bergabung bersama dalam dunia positif yang saya sekeluarga sukai, yaitu: "Ayo Memulis!"

Sumber: http://marissahaque-sdalh.blogdetik.com
"Budaya Menulis Alumni Unika Atmajaya Jakarta: Marissa Haque Fawzi"

Rabu, 08 Juni 2011

Like Water that Flows Constantly : Marissa Haque Fawzi




Reflections on the meaning of life: Marissa Haque
(Amidst the flood that hits Indonesia)
Bintaro, Jakarta, February 21, 2004

 
Water is the source of life

It is very flexible and can easily adapt itself to anything.
If its course is blocked by a rock, then it will choose another one and continues flowing down towards its destination.

Water also behaves modesty, because it always flows to a lower place.

If the temperature rises, it evaporates, goes up to the sky and afterwards comes down again on the earth.
Water cleans everything; it floods the rice fields in the dry season; it cleans dust and makes the soil fertile.
According to a story, when the rain falls, thousands of angels come down with it.

But if the rains come down in torrents and continuously, like what is happening in the last few days in Indonesia, then there might be something wrong in the relations between men and water.
Water will become men’s friend if we treat it in s friendly way, but if we don’t do it, it will destroy us.
In life, water is an indicator of the quality of men in the eyes of God the Almighty.
Sumber: http://musik-melodi-syair.blogspot.com/

Senin, 28 Maret 2011

"AMINAH" Buku Karya Pertamaku: Marissa Haque Fawzi

"Aminah"

Oleh: Marissa Haque Fawzi
 
Diterbitkan oleh PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1999

Aminah adalah seorang gadis kecil berjilbab. Ia hidup didaerah kumuh yang berdebu ditepi pantai Sampur, Jakarta.

Rumah-rumah disana terbuat dari papan dan kardus bekas. Sampah menggunung. Kaleng-kaleng bekas yang sudah berkarat bertebaran disana-sini. Dicelah-celah jendela, jemuran-jemuran bergantungan menunggu kering. Sebagian lagi bergantungan diatas tali-tali yang terbentang.

aminah-kaya-marissa-haque-yg-pertama-1999.jpgAminah tinggal bersama ibunya. Setiap hari setelah selesai sholat Subuh, mereka menerima cucian yang dititipkan oleh keluarga-keluarga kaya dari luar lingkungan mereka. 

Sehabis menjemur semua pakaian tersebut, Aminah pergi bermain-main kepantai didekat rumahnya. Biasanya ia bermain diantara karang-karang diatas pasir. Terkadang beberpa anak kecil lainnya bermain bersamanya. Pada kesempatan lain, ia lebih suka sendirian. Berdiam diri memandang gelombang pasang yang berkejaran menerpa karang. Dibiarkannya desir angin memainkan ujung-ujung jilbabnya.

Malam harinya Aminah berjualan kembang. Aminah mengelompokkan kembang tersebut sesuai warnanya; mulai dari warna merah muda, jingga, putih, dan ungu. Bersama Halimah sahabatnya mereka menjual bunga-bunga tersebut dijalan dekat lampu merah. Disana banyak anak-anak sebayanya bermain-main.

Malam itu tak ada bulan. Bintangpun enggan menampakka dirinya. Langit hitam pekat tertutup awan. Walaupun malam terasa panas, kedua anak itu menggigil kedinginan sampai ketulang sumsum.
Aminah dan Halimah berjalan menjajakan kembangnya. Mereka sampai disebuah jalan yang penuh dengan lampu beraneka warna. Hingar bingar kendaraan bermotor dan orang-orang yang berlalu lalang.

Tercium bau garam laut bercampur bau polusi yang berasal dari knalpot kendaraan-kendaraan bermotor yang bunyinya memekakkan telinga.

Aminah dan Halimah berjalan dianata mobil-mobil. Menawarkan kembang kepada para pengendara. Ketika bunyi klakson nyaring menyentak, Aminah dan Halimah buru-buru menyingkir.

Seorang wanita tertarik membeli lima tangkai kembang. Aminah dan Halimah tidak dapat menatap wajahnya, karena hanya tangannya saja yang terjulur keluar melalui celah jendela mobil. Wanita itu memberikan uang lima ribu rupiah.

Ketika lampu berubah warna menjadi hijau, mereka berdua kembali duduk sambil menatap kendaraan-kendaraan yang melaju kencang. Lampu-lampu jalan yang bersinar sangat terang, membuat bayangan pohon disekitarnya menjadi semakin dalam. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Udara makin dingin. Malam semakin larut.

Tiba-tiba terdengar bunyi tangisan keras yang menimpali bunyi kendaraan yang berlalu lalang. Aminah tahu siapa yang menangis. Segera didatanginya suara itu.

Seorang anak lelaki menggeliat diatas pangkuan ibunya. Sang ibu menepuk-nepuk punggung sang bocah sambil bersenandung lirih sampai sang bocah tertidur.

Aminah melihat kacang rebus jualan si ibu masih menggunung, belum laku. Ah, kasihan sekali. “Apa khabar Aminah? Banyak laku jualanmu?”, sapa ibu penjual kacang rebus itu. Namanya Ibu Rimpi. “Baru sedikit,” jawab Aminah.

“Anakku ini menangis terus sepanjang hari. Tapi kami tak dapat pulang dulu krtumah kalau belum dapat uang. Lihat jualanku hari ini masih sangat banyak tersisa.” Senyum ibu Rimpi terlihat sangat getir sembari menatap wajah-wajah cilik dihadapannya yang manis, jujur, dan polos serta mempunyai kulit yang halus, mata yang bening, dan senyum yang tanpa beban.

Tiba-tiba anak lelakinya menangis lagi. Maka tahulah Aminah dan Halimah bahwa anak lelaki tersebut kelaparan dan kedinginan.

Dengan uang lima ribu rupiah hasil penjualan mereka malam itu, Aminah dan Halimah bergegas membeli makanan dan minuman hangat di sebuah warung dipinggir jalan dekat tempat mereka mangkal. Uang sebanyak itu cukup untuk membeli empat gelas teh manis dan lima potong pisang rebus. “Ah, betapa mahalnya harga makana sekarang ini,” gumam Aminah.

Aminah dan Halimah membawakan makanan dan minuman itu ketempat Ibu Rimpi dan anakknya. Mereka berempat melahapnya dengan nikmat.

Tiba-tiba Aminah merasakan perutnya sakit bukan alang kepalang. “Ya Allah…apa yang terjadi dengan diriku ini?”, gumamnya. Halimah, Ibu Rimpi dan anak lelakinyapun terlihat kesakitan. Mereka semua limbung dan jatuh ketanah.

Tiba-tiba dunia terasa semakin kelam dari malam sesungguhnya. Aminah tak mampu lagi bernafas. Namun ia masih berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dalam lemahnya ia berdoa: “La ilaha Illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzalimiin.” Yang artinya ‘Maha suci Engkau, Maha Mulia Engkau, hamba ini seorang aniaya’ (doa Nabi Yunus ketika diperut ikan Paus). Tidak ada tempat lain untuk berlindung serta memohon pertolongan kecuali kepada-Nya.

Aminah keracunan makanan. Semua terjadi akibat pabrik-pabrik yang tak bertanggung jawab membuang limbah di Teluk Jakarta, dilokasi Aminah didaerah Sampur. Lalat-lalat berterbangan diparit-parit dan jamban-jamban dekat rumahnya. Menghinggapi makanan dan minuman yang dibelinya, meninggalkan racun dan kotorannya disana.

 
Tiba-tiba tercium bau semerbak, wangi sekali. Langit kelam tiba-tiba menjadi terang. “Apa yang terjadi? Dimanakah aku?” Aminah kebingungan. “Apa yang harus aku lakukan?”

Desir ombak terdengar. Semakin lama semakin keras. Kaki-kaki mungil Aminah serasa menginjak air laut ditepi pantai. Anginpun seakan membisikkan sesuatu ditelinganya.


Aminahpun teringat akan kembang yang masih digenggamnya. Dipandanginya sesaat, sampai tiba-tiba terbersit sesuatu didalam pikirannya. Dilemparkannya kembang-kembang itu dilangit.

Langit pekat berganti terang, cahaya putih bersinar, membuat bintang-bintang tampak terang benderang. Aminah melihat orang-orang berhenti bercakap-cakap. Tak ada lagi deru kendaraan yang membisingkan. Wajah orang-orang terlihat bersih dan bersinar, menebar senyum dimana-mana. Betapa tenteram, betapa indah.

Perlahan Aminah berjalan meyusuri tepian pantai, pulang kerumah. Sendirian, terlepas dari kerumunan orang banyak. Mengikuti arah sinar, nun didepan sana. Samar-samar terlihat bayangan ayahnya. Tapi Aminah merasa tak pasti. Ia terus membaca shalawat. Mengayuhkan kaki kecilnya, ia ingin menemui ibunya dirumah.

Aminah terus berjalan dibawah kaki langit yang penuh rahasia. Ditatapnya taburan cahaya yang bersinar. Bintang-bintang nun jauh disana adalah miliknya.

***


Resensi: "AMINAH" (Gadis Kecil di Tepi Pantai)

Pendidikan Moral dan Lingkungan untuk Anak dalam Dua Bahasa, Penerbit Rosda Karya Bandung




Marissa Haque Fawzi, ibu dua remaja puteri dan istri dari Ikang Fawzi (penyanyi rock) merupakan artis berintelektual tinggi. Selain menempuh program S2 ia akan melanjutkan studinya di Inggris. Ia sangat mencintai anak-anak dan dunia pendidikan sebagaimana ia mencintai dunia seni dan sastra. 


Marissa Haque Fawzi sangat profesional dalam berbagai bidang , bintang film dan sinetron, model iklan, pembicara dan moderator pada berbagai seminar dan presenter acar televisi. Buku pertamanya “Aminah” yang imajinatif ini berisi pengetahuan lingkungan, dipersembahkan untuk orang-orang yang dicintainya.
Dari cover “Aminah” yang menarik, pembaca tidak akan mengetahui bahwa pemaparan cerita menggunakan dua bahasa yakni Inggris dan Indonesia. “Aminah” merupakan cerita yang sederhana dan mudah dicerna oleh anak-anak siswa SD dan SMP. Perlu bantuan orang dewasa untuk membacakan teks yang berbahasa Inggris bagi anak yang belum mengerti bahasa Inggris.

Alkisah seorang gadis kecil berjilbab yang hidup di daerah kumuh. Ia harus harus mencari nafkah dengan membantu ibunya mencucikan pakaian orang kaya di pagi hari. Petang hari bersama teman sebayanya ia berjualan kembang di perempatan jalan. Pada suatu petang ia bersama sahabatnya membelikan makanan untuk dinikmati bersama seorang ibu dan anaknya yang menangis karena lapar. Sayang sekali makanan tersebut tercemar, sehingga mereka tak sadarkan diri.
Cerita yang sederhana, indah dan menyentuh kalbu. Walaupun pembaca tidak mengetahui berapa usia Aminah dan apakah is bersekolah atau tidak, tetapi pembaca dapat menyimpulkan bahwa Aminah adalah seorang gadis kecil yang cukup cerdas dan berbudi luhur. Buku ini bermuatan nilai keimanan dan pengetahuan lingkungan.


*Buku cerita “Aminah” merupakan Seri Bakti Pendidikan Artis. Lima cerita lainnya dikarang oleh Soraya Haque Soekarno, Trie Utami dan Andi Alta Amier, Vinny Alvionita dan Monica Oemardi, Gito Rolies, serta Dwiki Darmawan dan Ita Purnamasari. Selain sarat dengan nilai kebajikan buku ini dapat mendorong pembaca untuk berbahasa Indonesia dan Inggris dengan baik dan benar.

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque
Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque