Nun, Perahu Kehidupan yang Sedang Berlayar Menuju Muara-Nya: Ikang Fawzi dan Marissa Haque

(1) Mempertahankan Pernikahan; (2) menjaga perkawinan; dan(3) Merawat Cinta-kasih, sejak menikah siri di Desa Gekbrong, Sukabumi pada 3 Juli 1986 & di Catat Negara pada 12 April 1987.

Jakarta 12 April 1987, Pernikahan Resmi Ikang Fawzi & Marissa Haque

Jakarta 12 April 1987, Pernikahan Resmi Ikang Fawzi & Marissa Haque
Tercatat Resmi di KUA Jakarta Selatan, Ijab & Kabul di Jl. Lapangan Roos Raya 36, Tebet Utara, Jaksel (Rumah Orang Tua Marissa)

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque
Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque

Total Tayangan Halaman

Nun, Perahu Kehidupan yang Sedang Berlayar Menuju Muara-Nya: Ikang Fawzi dan Marissa Haque

Premis Cinta Kami Menjadi Kekasih Allah Azza wa Jalla (Ikang Fawzi & Marissa Haque, dari dulu hingga kini)

Lagu: "Panggilan Jiwa" (Ikang Fawzi dan Candra Darusman/Anak-anak Deplu RI)


The First and the Last, Marissa Haque Menyanyi Rekaman bersama Fariz RM



Minggu, 12 Desember 2010

Utha Likumahuwa Sahabat dalam Perkawinan Kami: Ikang Fawzi & Marissa Haque


Mas Utha (Utha Likumahuwa) adalah penyanyi pop-jazz terkenal Indonesia yang merupakan salah seorang sahabat Ikang Fawzi suamiku sejak lebih dari seperempat abad yang lalu.

Setelah secara pribadi saya lama sekali tidak berjumpa, pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010 yang lalu keluarga kami alhamdulillah mendapat curahan rezeki untuk show di kota Medan, Sumatra Utara dengan honorarium yang tidak kecil melalui Mas Utha dan Mbak Deby istrinya. Y
ah…an old and new yang sangat berkesan sebagai pertanda kebangkitan kembali suamiku didunia music dan tarik suara. Karena selain tembang-tembang kenangan masa 80-an yang belakangan ini kembali ‘in’ karena masih sangat disukai masyarakat luas Indonesia, juga dikarenakan banyak yang menganggap bahwa musik tahun 80-an punya ciri yang tak dapat disamakan dengan era musik era sebelum maupun sesudahnya. Kali ini di Hotel Scarlet, Dago, kota Bandung, keluarga kami dan keluarga Mas Utha kembali dipertemukan bersama grup “REUNI” yang dikomandani oleh salah satu perncetusnya bernama Adjie Soetama.

Berawal dari paguyuban rasa kangen sesama musisi-penyanyi 80-an, grup Reuni dideklarasikan pada sekitar pertengahan tahun 2009 lalu. Alhamdulillah rekaman perdana grup ini sangat lancar, album Reuni kini telah beredar di berbagai gerai kaset Disc Tara diseluruh Indonesia. Hasil penjualan album oerdana Reuni-pun alhamdulillah laris-manis-tanjung kimpul!

Terkait dengan acara malam ini di gedung Sambuga, kota Bandung, atas jasa Ikang Fawzi suamiku yang sejak telah beberapa saat lalu telah menjalin kerjasama dengan Departemen Pekerjaan Umum dan juga atas arahan Ibu Ir. Yennel, MSi dan alumni ITB angkatan ’75, malam ini pada pukul 19.00 tertanggal 6 Juni 2010 perhelatan semi-akbar “Wayang Jazz dan Reuni” dilangsungkan. Suasana sangat nyaman, penuh bahasa kasih, akrab, serta aman-menyenangkan menyeruak. Para pekerja seni Indonesia angkatan 80’an ini memang sejujurnya amat-sangat kompak dan mampu cepat berbaur dengan para alumni ITB angkatan ’75.

Sejak pertama dibentuknya, memang para personil grup Reuni ini saling dukung, saling menunjang, serta saling bertukar job satu dengan lainnya. Adjie Soetama misalnya, yang dari dulu memang berbakat entrepreneur ternyata didalam perjalanan waktunya semakin terasah marketingship serta salesmanship-nya. Kemudian dengan bergabungnya Ikang Fawzi suamiku dalam grup Reuni tersebut, alhamdulillah me-leverage kepastian masukan job grup ini setiap bulan sejak grup Reuni ini didirikan.

Rezeki suamiku artinya rezeki saya dan juga anak-anak dirumah. Yang lebih penting diatas itu semua adalah bahwa ada rasa bahagia tertentupada hatiku ini kala melihat Ikang Fawzi suamiku yang bila sudah berkumpul dengan teman-teman musisinya yang tidak dapat lebih lanjut saya uraikan dengan kata-kata. Dunia yang saya fahami sebagai sejenis’tonikum’ bagi kesehatan jiwa, mental-spiritual suamiku. Yah, memang yang namanya pekerja seni, mau apapun profesi dirinya dalam bidang-bidang lain yang tak berkaitan langsung dengan kesenian, bila memang ada waktu yang tepat, energi yang belum terbuang, dan komunitas yang menunjang, maka kembali kepada dunia berkesenian saya duga akan memperpanjang umur kami-kami ini karena hati yang bahagia dan hirupan energi positif dari alam lingkungan hidupnya.

Lihatlah bagaimana Ikang Fawzi suamiku dalam usianya yang telah 50 tahun itu tetap fit dan terlihat 10 tahun lebih muda. Begitu juga Mas Utha Likumahuwa yang telah hampir 60 tahunan, terlihat juga 10-15 tahun lebih muda. Saya meyakininya sebagai anugerah tak ternilai dari Allah Azza wa Jalla terhadap dunia kehidupan yang membuat hati mereka selalu berbaik sangka dan ber-positif thinking. Dan sebagai istrinya didalam doa serta didalam asa selalu ingin berbagi rasa dan jiwa yang senada dalam irama simfoni dalam suka dan duka serta ingin hidup bahagia sampai tua berdua bergandengan tangan dengan Ikang Fawzi suamiku, kebahagiaan suamiku adalah kebagaianku dan keluarga juga adanya. Bahkan sangat kupercaya bahwa secara sadar cinata kami—Ikang Fawzi dan saya Marissa Haque adalah ‘tuk yang pertama dan terakhir…sampai mati satu suami satu istri sampai mati. Insya Allah demikian adanya… saya melihat suasana bathin seperti ini juga ada pada pasangan Addie MS dan Memes Adisaputra sahabat lainnya lagi dari Ikang Fawzi suamiku. Dulu kami merupakan dua pasang figur publik yang sangat mesra yang diajak oleh BASF Award keliling Eropa Barat karena prestasi sebagai aktivis industri musik Indonesia yang mendongkrak penjualan kaset berkat karya nyata dan produksinya. Kami juga saat itu bernagkat bareng Utha Likumahuwa, namun Utha saat itu tidak membawa istrinya.

Nah, gaya hidup Addie MS dan Memes Adisaputra dari dulu hingga kini tetap sama, yaitu ramai penuh kasih dan tawa serta mesra. Kurang lebih Ikang Fawzi suamiku dan saya sendiri seperti itu, paling kalau ada perbedaan hanyalah bahwa kehidupan kami sekarang sejak sepuluh tahun yang lalu menjadi lebih Islami dan berkiblat kepada menjalankan syariat Islam dengan lebih baik dari hari kemarin. Dalam dalam keradaan hidup dan cara menghidupkan hati bahagia, rasanya isnya Allah melalui dunia musik dan para musisi negeri ini kebaikan hati dalam positif thinking yang akan memperpanjang umur insya Allah menjadi bagian dari hari-hari kehidupan yang banyak membawa manfaat dunia dan akhirat.
Bila Utha Likumahuwa dan keluarganya, Addie MS dan keluarganya, serta Ikang Fawzi dan keluarga dapat lebih terlihat awet muda, bahagia, dan insya Allah panjang umur, barangkali kehidupan musisi sehat tanpa narkoba seperti keluarga kami bertiga Utha, Addie MS, dan Ikang Fawzi dapat menjadi promosi positif atas musik sebagai pilihan profesi hidup yang membawa manfaat bagi diri, keluarga, masyarakat sekeliling, serta Indonesia. Dari angkatan 80-an menuju Indonesia bahagia menjawab tantangan zaman…

Insya Allah….

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque

Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque
Damai dan Sentosa serta Kompak Lahir dan Bathin Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque